Mata kuliah Teknologi Karet dan Serat mengadakan kuliah tamu pada hari Rabu, 5 Mei 2021 pukul 09.00 – 10.40 WIB. Kuliah tamu kali ini mengusung topik berupa Pengolahan Karet di Industri dengan pembicara yaitu Santo Kiswoyo, S.T.P., M.Sc. dari PTPN VII dan dipandu oleh Dr. Manikharda, S.T.P., M.Agr. sebagai moderator. Kuliah tamu ini dilaksanakan melalui platform Webex dan diikuti oleh 6 peserta.
Karet merupakan bahan dasar untuk menghasilkan produk-produk yang berguna bagi kebutuhan makluk hidup terutama manusia. Karet dihasilkan dari pohon karet dengan nama latin Havea braziliensis dan karet baru dapat disadap jika tanaman sudah berusia sekitar 4-5 tahun dan lilit batang mencapai 45 cm. Penyadapan karet dilakukan selama 3 hari sekali untuk memberi waktu pada pembentukan panel sadapnya.
Indonesia menghasilkan produk karet berupa produk industri hulu (setengah jadi), seperti RSS (Ribbed Smoked Sheet), SIR (Standard Indonesian Rubber), dan lateks pekat. Untuk SIR sendiri terdapat berbagai macam, antara lain SIR 3 CV, SIR 3 L, SIR 3 WF, SIR 5, SIR 10, dan SIR 20. Perbedaannya yaitu pada tingkat kadar kotoran dan pada bahan olahan yang dipakai; SIR 3 CV, SIR 3 L, dan SIR WF dibuat dari lateks (cair), sedangkan SIR 5, SIR 10, dan SIR 20 dibuat dari koagulum (padat).
Berdasarkan kualitasnya, SIR 20 (SIR LG) menjadi produk karet dengan kualitas paling rendah karena memiliki kandungan kotoran paling tinggi yaitu mencapai 0,2%. Namun, SIR 20 menjadi produk karet yang memiliki permintaan pasar paling tinggi karena dapat digunakan untuk berbagai macam produk, seperti ban, sandal, sol sepatu, dan lain-lain.
Meskipun kebutuhan karet terus meningkat seiring dengan meningkatnya standar hidup manusia, industri karet di Indonesia masih memiliki kekurangan dari segi produktivitas dan penanganan pascapanen, seperti jenis bibit pohon karet yang ditanam, pupuk yang digunakan saat penanaman, waktu penyadapan yang tidak teratur, sisi teknologi yang masih kurang, dan adanya penambahan bahan kimia pada pohon karet dengan tujuan sadapan yang dihasilkan lebih banyak. Namun, penggunaan bahan kimia yang terlalu banyak dapat menyebabkan pohon karet mengalami mati kulit sehingga tidak bisa menghasilkan cairan karet. Selain itu, adanya persaingan usaha yang tidak sehat berupa kecurangan baik yang dilakukan oleh petani, pedagang Bahan Olah Karet (Bokar), maupun oleh industri crumb rubber sehingga perlu adanya peningkatan pengawasan oleh para penguji terhadap industri crumb rubber.
Video Kuliah Tamu Teknologi Karet dan Serat dapat diakses melalui tautan berikut