YOGYAKARTA – Kebutuhan gandum diprediksi akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan adanya globalisasi perdagangan pangan dunia. Namun kenyataannya, Indonesia belum mampu memproduksi gandum secara komersial sementara program diversifikasi juga pangan belum gencar dilaksanakan. Dampaknya, impor gandum dari tahun ke tahun kian meningkat. Pada tahun 2010-2011, impor gandum mencapai 7,4 juta ton dan naik menjadi 7,8 juta ton pada tahun 2011-2012.
Besarnya ketergantungan Indonesia pada impor gandum ini menjadi keprihatinan dari Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) Universitas Gadjah Mada. Peneliti PSPG, Prof. Dr.Ir. Eni Harmayani, M.Sc., mengatakan pengembangan umbi-umbian sebagai pangan lokal diharapkan mampu mengurangi impor gandum serta menjadi komponen pangan fungsional. Meski begitu, imbuhnya, masih ada anggapan yang masih beredar di masyarakat tentang umbi-umbian sebagai makanan kelas dua sehingga kurang diminati. “Pengembangan umbi-umbian sebagai pangan fungsional diyakini bisa meningkatkan posisi umbi-umbian,” kata Eni Selasa (27/1) saat diminta tanggapannya sehubungan peringatan Hari Gizi dan Makanan yang jatuh setiap 25 Januari.
Bukan sekedar sebagai alternatif pengganti terigu, katanya, umbi-umbian dapat menjadi pangan pilihan yang bernilai tinggi dengan berbagai aplikasi. Diantaranya sebagai bahan utama maupun bahan pendukung untuk produk-produk bakery, snack, biskuit, mie, bakso, bubur, sosis, nugget, serta sebagai bahan penyalut, pengental, maupun pengisi. Dia menambahkan, industri makanan, pasar mie, dan biskuit di Indonesia cukup besar. Dari segmen biskuit, jenis cookies, wafer, dan crackers menyumbang kontribusi terbesar sebanyak 85 persen. “Karenanya potensi pengembangan cookies yang mengandung prebiotik dari umbi-umbian lokal cukup besar,” tururnya.
Wanita kelahiran Yogyakarta, 9 Juni 1963 menuturkan besarnya potensi aplikasi tepung dan pati umbi-umbian lokal pada berbagai produk pangan perlu sinergi antarpenyedia bahan baku, teknologi proses yang dapat mengolah umbi-umbian secara efisien menjadi pangan fungsional, serta dukungan kebijakan pemerintah.
Dia mengkritisi pemerintah bahwa selama ini tidak memberikan insentif berupa kebijakan pemberian subsidi kepada petani yang menanam tanaman pangan lokal. Dukungan pemerintah ini, kata Eni, sangat diperlukan sehingga produksi pangan lokal ini produksinya bisa meningkat.
Eni menerangkan, umbi-umbian seperti garut, singkong, ganyong dan gembili dan ubi jalar setelah diteliti terbukti berpotensi sebagai pangan fungsional karena memiliki kandungan prebiotik untuk meningkatkan saluran cerna dan sistem imun. “Ubi jalar, gembili dan ganyong ini memiliki prebiotik dan serat yang sangat baik buat kesehatan, selain kaya karbohidrat,” ujarnya.
Ketua PSPG UGM, Prof. Dr. Umar Santoso, mengatakan pihaknya tengah meneliti berbagai jenis umbi-umbian dari berbagai daerah di Indonesia yang bisa dijadikan sebagai peganti terigu. “Pangan lokal ini bisa diarahkan untuk subsitusi gandum,” kata Umar.
Beberapa pangan lokal yang dijadikan sebagai alternatif pengganti terigu kata Umar diantaranya garut, ubi jalar, singkong, ganyong, dan gembili. Meski demikian, kata Umar tidak mudah memproduksi umbi-umbian tadi menjadi pengganti tepung terigu. “Tidak banyaknya industri skala besar yang memproduksi tepung dari umbi-umbian lokal ini akibatnya harganya menjadi lebih mahal tiga kali lipat dari harga terigu,” katanya.
Umar berharap, pemerintah perlu menggalakkan petani untuk menanam tanaman pangan lokal dengan adanya dukungan insentif berupa pemberian subsidi. Di lain pihak, masyarakat juga diajak mengkonsumsi pangan lokal lewat diversifikasi pangan sehingga pihak investor dan industri melirik budidaya pangan lokal tersebut. “Tapi jika yang digalakkan impor gandum, maka kita akan terus ketergantungan,” imbuhnya.
Umar yakin apabila pemerintah berani mengambil tindakan untuk menghentikan impor gandum maka banyak industri yang beralih pada tepung yang berasal dari umbi-umbian sehingga akan memberi peluang kepada petani untuk menanam dan harganya pun bisa bersaing di pasaran. (Humas UGM/Gusti Grehenson)
Sumber : http://ugm.ac.id/id/berita/9670-pspg.ugm.teliti.umbi-umbian.pengganti.tepung.gandum