
Dalam upaya meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan menciptakan lingkungan akademik yang lebih suportif, Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian mengadakan pelatihan bertema “Gen Z: Masalah dan Potensinya”. Kegiatan ini ditujukan bagi seluruh civitas akademika TPHP UGM sebagai bagian dari komitmen departemen untuk mendampingi mahasiswa, baik secara akademik maupun emosional.
Pelatihan ini menghadirkan Ibu Sylvi Dewanjani, M.Sc., Psikolog, seorang Kepala Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Yogyakarta, yang memaparkan berbagai karakteristik Gen Z serta permasalahan yang umum mereka hadapi. Berdasarkan kasus-kasus nyata yang pernah ditanganinya, Ibu Silvi menjelaskan dinamika yang kerap terjadi, seperti salah jurusan, kesulitan komunikasi dengan dosen atau orang tua, hingga mental block yang menyebabkan frustrasi dan tekanan sosial yang tinggi. “Membesarkan atau mendidik generasi sekarang tidak bisa dengan autopilot,” tegas Ibu Sylvi. “Anak-anak muda saat ini perlu bukti, bukan sekadar instruksi.”
Peserta diajak untuk memahami ciri-ciri mahasiswa yang mengalami masalah kesehatan mental, seperti perubahan perilaku, menarik diri dari lingkungan sosial, kehilangan minat terhadap aktivitas yang sebelumnya disukai, mudah tersinggung, kelelahan tanpa sebab fisik, serta gangguan pola tidur.
Ibu Sylvi juga membahas isu sensitif seperti self-harm dan suicide atau kecenderungan bunuh diri. Self-harm kerap muncul sebagai upaya untuk meredakan tekanan psikologis dengan cara menyakiti fisik, sementara dorongan untuk bunuh diri sering kali disebabkan oleh rasa putus asa yang mendalam. Dalam menghadapi mahasiswa yang mengalami kondisi ini, ia menekankan pentingnya mendengarkan tanpa menghakimi, menunjukkan empati, serta menghindari kalimat klise atau penilaian moral yang tajam. Respons yang tepat, menurutnya, bisa menjadi jembatan untuk mencegah krisis yang lebih besar.
Salah satu hal yang ditekankan dalam pelatihan adalah pentingnya sistem penanganan kesehatan mental yang terstruktur di lingkungan kampus. Langkah-langkah seperti skrining awal di awal semester, pemantauan intensif terhadap mahasiswa yang berisiko tinggi, serta sistem rujukan ke tenaga profesional menjadi bagian penting dari upaya ini. Selain itu, pemilihan bahasa yang positif dan suportif juga memiliki peran besar dalam membangun rasa aman dan dihargai bagi mahasiswa.
Melalui pelatihan ini, Departemen TPHP UGM menegaskan komitmennya dalam menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya mendorong prestasi akademik, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan mental seluruh anggotanya.
Ditulis oleh: Firstnandita K