Round Table Discussion mengenai pengolahan teh Indonesia diperlukan untuk memfasilitasi pertukaran informasi dari akademisi dan industri sehingga mampu mengidentifikasi persoalan-persoalan aktual teknologi pengolahan teh dan mendiskusikan usulan pernyelesaian masalah tersebut. Untuk itu, Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian FTP UGM bersama dengan perwakilan direksi PT. Pagilaran, Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM, dan WikiKopi Jogja mengadakan diskusi dengan tema “Masa depan, tantangan, dan strategi industri teh di Indonesia” yang dilakukan pada hari kamis tanggal 18 April 2019 di Operation Room FTP UGM.
Acara dimulai pada pukul 13:00 WIB dan dibuka oleh Dr. Ir. M. Nur Cahyanto, M.Sc selaku Ketua Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian sekaligus ketua panitia. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan Dekan FTP UGM, Prof. Dr. Ir. Eni Hamayani M.Sc yang menyampaikan agar acara ini dapat menghasilkan output berupa langkah kongkrit yang diaplikasikan dalam suatu industri sehingga dapat membantu Indonesia dalam meningkatkan hasil industri perkebunan melalui inovasi yang harus ada enggangement dan impact. “Semoga hasil Round Table Discussion ini bisa dengan konkrit kita aplikasikan”, harapan Prof. Eni Harmayani dalam sambutannya.
Diskusi ini dimoderatori oleh pakar teh, Ir. Tamino, MBA, dari PT. Rajawali Nusantara Indonesia. Salah satu narasumber dalam diskusi ini adalah Dr. Ir. Rachmad Gunadi, M.Si selaku kepala direksi PT. Pagilaran dan juga dosen Fakultas Pertanian UGM. Beliau memaparkan tentang kondisi komoditas teh di Indonesia, dari lemahnya daya saing akibat dikotomi antara on-farm dan off-farm, metode replanting, hingga budaya minum teh di Indonesia. Ketua direksi PT. Pagilaran tersebut memaparkan bahwa produksi teh sebagian besar dari rakyat, tetapi tidak ada ekspor dari rakyat. Kendala utama adalah pada mutu karena value di masyarakat tidak berbudaya korporasi. Maka integrasi antara company dan masyarakat perlu dibangun. Beliau juga menjelaskan terobosan untuk dilakukan dekonstruksi industri sebagai solusi memperbaharui perkebunan teh untuk meningkatkan kualitas komoditas teh Indonesia.
Sesi selanjutnya, perwakilan dari Pusat Inovasi Agroteknologi UGM yaitu Dr. Ir. Taryono, M.Sc. memaparkan sedikit permasalahan utama perkebunan teh yang tidak dilakukan peremajaan tanamannya sehingga kebun teh menjadi sesuatu yang tidak menarik bagi siapapun. Beliau juga menyinggung mengenai budaya teh yang sebenarnya sudah membumi di tanah Indonesia meskipun kenyataanya banyak tersembunyi karena perubahan zaman. Konsep PIAT akan sesuai dengan masyarakat karena mengembangkan teh rakyat. Sedangkan perusahaan sebagai buffer dan fungsi pendukung penelitian dan pengembangan teh.
Diskusi berlanjut dengan pembahasan topik dari perwakilan WikiKopi Jogja yaitu Pak Tauhid. Beliau yang juga bersama rekannya mendirikan WikiTea menggunakan kopi sebagai percontohan terkait pentingnya pembentukan koperasi dan dilakukannya edukasi kepada masyarakat yang saat ini masih terjadi dikotomi antara pendidikan untuk anak-anak dan orang dewasa. Selain itu, beliau memaparkan bahwa teh memiliki potensi untuk lebih diterima oleh masyarakat. “Teh lebih kompleks dari kopi. Dari sini kami percaya, kami gunakan teh untuk belajar, kegiatan akademik, bagaimana akademisi bekerja, ketika ilmu pengethaun praktis tidak bekerja, lihat induknya. Budaya teh kurang jalan, kembalikan ke induknya.” kutipan pesan Beliau dalam diskusi. Pak Tauhid menekankan tentang pentingnya meningkatkan minat dan antusiasme terhadap teh dan pentingnya memperhatikan orientasi industri yang semestinya tidak sekedar memikirkan bagaimana memenuhi kuota permintaan pasar.
Dari pihak Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian juga berkontibusi banyak dalam diskusi tersebut, salah satunya adalah dari Prof. Eni Harmayani yang memaparkan “Core teknologi pertanian yang tidak boleh kering, sehingga perlu di enrich dengan edukasi art, kultur, filosofi. Ada juga yang sebagai gaya hidup.” Ditambahan pula oleh Dr. Muhammad Nur Cahyanto yang mengangkat produk matcha untuk dibahas mengingat produk tersebut populer dan sedang menjadi suatu trend.
Acara tersebut berlangsung hingga pukul 16:00 WIB dengan banyaknya ide-ide dan gagasan menarik yang saling didiskusikan. Diskusi tersebut telah membuka pemikiran-pemikiran baru, salah satunya mengenai konsep perindustrian teh di masa mendatang berupa BUKR. Kedepannya, dari Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian bersama PT. Pagilaran, PIAT UGM, dan WikiKopi Jogja serta pihak yang terkait dan terlibat dapat memberikan kontribusi dalam menyongsong masa depan komoditas teh di Indonesia. (aaf/ws)