Selasa, 19 Maret 2019, Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian mengundang pelaku bisnis hulu dan hilir di bidang Teknologi Perisa. Pelaku bisnis tersebut merupakan alumni Departemen Pangan dan Hasil Pertanian. Beliau bernama Ir. Rudy Atmoko dari PT. Sarana Langgeng Sampurna. Kuliah tamu yang diampu oleh Dr. Ir. Supriyadi, M.Sc , Prof. Dr. Ir. Agnes Murdiati, M.S dan Andika Wicaksono Putro, STP., M.Sc ini diikuti oleh 107 mahasiswa Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian angkatan 2015, 2016, dan 2017. Kuliah yang dilaksanakan di Ruang 1-05 Fakultas Teknologi Pertanian UGM ini mengusung tema “Teknologi, Prospek dan Pasar Perisa di Indonesia”.
Ir. Rudy Atmoko memulai kuliah dengan bercerita mengenai pengalaman beliau saat bekerja di salah satu perusahaan pangan yang bergerak di bidang flavor dan fragrance sebagai seorang Research and Development (RnD) hingga perjalanan beliau untuk mendirikan usaha sendiri. Setelah itu, beliau menyampaikan materi mengenai perisa atau flavor, tipe flavor yang ada di pasaran, hingga peluang pasar flavor di dalam dan luar negeri. Beliau juga menyampaikan bahwa produk-produk yang diminati oleh konsumen saat ini banyak menggunakan perisa sebagai bahan utamanya, Thai tea misalnya. Produk minuman kekinian tersebut diproduksi dengan mencampur berbagai macam perisa seperti cappuchino, coklat, matcha dan sebagainya.
Kuliah selama kurang lebih satu jam ini sangat menarik atensi mahasiswa, beberapa mahasiswa menanyakan mengenai materi yang telah disampaikan Pak Rudy. Nuri, salah satu mahasiswa TPHP 2016 menanyakan mengenai perbedaan oleoresin dan aquaresin. Pak Rudy mengatakan bahwa oleoresin larut dalam lemak serta memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan aquaresin, sedangkan aquaresin larut dalam air. Selain Nuri, Fida menanyakan mengenai komponen apa saja yang diperlukan untuk membuat flavor tertentu, misalnya flavor pisang ambon. Pak Rudy mengulas bahwa komponen-komponen tersebut merupakan rahasia perusahaan. Pertanyaan terakhir dilontarkan oleh Desi. Desi menanyakan mengenai perjalanan Pak Rudy untuk menjadi seorang flavor creator dari nol. Pak Rudy menuturkan bahwa beliau mendirikan usaha sendiri karena beliau merasa tertekan bekerja di industri pangan lalu beliau resign dan mulai melakukan percobaan untuk membuat suatu formula. Membuat formula hingga dapat diterima membutuhkan waktu yang tidak instan, Pak Rudy harus menjalani waktu dua tahun untuk mendapatkan satu formula. Beliau memanfaatkan relasi dari teman semasa kuliah yang bekerja di industri ternama untuk menjual produk beliau. Kini, formula beliau telah diakui di pasar dalam negeri bahkan hingga luar negeri. Salah satu formula beef beliau telah dipakai di berbagai industri pangan dan non-pangan yaitu: kebab, coating untuk dodol, dan bahan baku pembuatan krayon.
Di akhir kuliah, Pak Rudy memberikan banyak pesan dan motivasi. Beliau menuturkan bahwa rempah-rempah Indonesia sangat potensial untuk menjadi olahan flavor baru, misalnya Lada Bangka yang merupakan lada terbaik di dunia. Beliau berpesan bahwa sebagai mahasiswa Teknologi Pangan, harus bangga, terus berkreasi untuk menciptakan inovasi baru, dan menguatkan ilmu-ilmu yang didapat selama perkuliahan. “Mahasiswa harus mulai berkreasi dengan berwirausaha, membangun sebuah bisnis memang tidak mudah, tetapi HARUS dicoba” pesan beliau di akhir kuliah. (LN)